Dalam jurnal saya sebelum ini (lihat http://abuabdirrahmanalatsari.blogspot.com/2011/04/keutamaan-ilmu.html) kita sudah membahas berbagai keutamaan ilmu, terutama ilmu yang hukumnya fardhu 'ain (wajib) bagi kita untuk dipelajari, yaitu ilmu agama yang benar sesuai dengan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman para pendahulu yang shaleh.
InsyaAllah dalam jurnal berikut ini, saya akan membawakan kaidah pertama yang wajib seorang muslim mengetahui atasnya. Yaitu ilmu dalam mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama islam, dengan dalil-dalilnya.
I. MENGENAL ALLAH
Wajib bagi kita untuk mengenal Allah subhanahu wa ta'ala dengan hati, pengenalan yang dapat membawa kita kepada menerima syari'at yang telah diturunkan Allah kepada kita, tunduk dan ta'at kepada-Nya serta menggunakan hukum yang telah diturunkan-Nya yang telah dibawa oleh Rasul-Nya, Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagai seorang hamba, kita dapat mengenal Allah dengan memerhatikan ayat-ayat syar'iyah yang ada di dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu'alaihi wasallam, selain itu kita juga harus memerhatikan ayat-ayat kauniyah, yaitu makhluk-makhluk-Nya. Karena manusia tatkala memperhatikan ayat-ayat tersebut akan bertambah ilmunya tentang Sang Pencipta dan sesembahannya
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِّلْمُوقِنِينَ [٥١:٢٠
وَفِي أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [٥١:٢١
Artinya: "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?" (Adz-Dzariyat 20-21)
Firman Allah ta'ala dalam ayat yang lain:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ [٥١:٥٦
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaKu." (Adz-Dzariyat: 56)
Firman Allah ta'ala dalam surat yang lain:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ [٢:٢١
Artinya: "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa" (Al-Baqoroh: 21)
Baiklah, sekarang mari kita bahas tafsir ayat-ayat diatas.
Untuk surat Adz-Dzariyat ayat 20, Firman Allah ta'ala: <<وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِّلْمُوقِنِينَ >> "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin."
Maksudnya, di dalam bumi itu terdapat berbagai tanda yang menunjukkan keagungan Penciptanya dan kekuasaan-Nya yang sangat jelas berupa berbagai macam tumbuhan, binatang, hamparan bumi, gunung, tanah kosong, sungai, lautan dan berbagai macam bahasa dan warna kulit ummat manusia, serta sesuatu yang telah ditakdirkan untuk mereka berupa keinginan dan kekuatan, dan apa yang terjadi di antara mereka berupa perbedaan tingkat dalam hal pemikiran, pemahaman, dinamika kehidupan, kebahagiaan, kesengsaraan, dan hikmah yang terdapat di dalam anatomi tubuh mereka, yaitu dalam menempatkan setiap anggota tubuh dari keseluruhan tubuh mereka pada tempat yang benar-benar mereka perlukan.
Maka dari itu Allah ta'ala berfirman: <<وَفِي أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ >> "Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?" Qatadah mengemukakan: "Barang siapa bertafakkur (memikirkan) penciptaannya dirinya sendiri, maka ia akan mengetahui bahwa dirinya itu hanya diciptakan dan dilenturkan persendiannya semata-mata untuk beribadah."
Untuk surat Adz-Dzariyat ayat 56, Firman Allah ta'ala: <<وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ >> "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaKu."
Maksudnya, Aku ciptakan mereka itu dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.
Mengenai firman Allah Ta'ala: <<إِلَّا لِيَعْبُدُونِ>> "Melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
'Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas: "Artinya, melainkan supaya mereka mau tunduk beribadah kepada-Ku, baik secara sukarela maupun terpaksa." Dan itu pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir.
Sedangkan Ibnu Juraij menyebutkan: "Yakni, supaya mereka mengenal-Ku."
As-Suddi mengemukakan: "Di antara ibadah itu ada yang bermanfaat dan ada pula yang tidak bermanfaat."Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
"Dan sesungguhnya jika engkau tanyakan kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Tentu mereka akan menjawab: 'Allah'." (Luqman: 25)
Dalam surat Al-Baqoroh ayat 21, Allah Tabaroka wa Ta'ala menjelaskan tentang keesaan uluhiyah-Nya.
Bahwa Dia yang memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan menciptakan mereka dari tiada menjadi ada, serta menyempurnakan bagi mereka nikmat lahiriyah dan batiniyah, yaitu Dia menjadikan bagi mereka bumi sebagai hamparan seperti tikar yang dapat ditempati dan didiami, yang dikokohkan dengan gunung-gunung menjulang, dan dibangunkan langit sebagai atap, sebagaimana firman-Nya:
<<وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَّحْفُوظًا ۖ وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ>> "Dan Kami telah menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari ayat-ayat Kami." (Al-Anbiyaa': 32)
Allah juga menurunkan air hujan dari langit bagi mereka. yang dimaksud (dengan langit) disini adalah awan yang turun pada saat dibutuhkan oleh mereka. Lalu Dia mengeluarkan bagi mereka buah-buahan dan tanaman seperti yang mereka saksikan, sebagai rizki bagi mereka dan ternak mereka.
Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan sebuah hadits dari Ibnu Mas'ud, ia berkata: "Aku pernah bertanya: 'Ya Rasulullah, dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?' Beliau menjawab: 'Engkau menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu.'" (HR. Bukhori dan Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, ia berkata: "Ada seseorang yang berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: 'Atas kehendak Allah dan kehendakmu'. Maka beliau bersabda: 'Apakah engkau menjadikan aku sebagai tandingan Allah?' Katakanlah: 'Atas kehendak Allah saja.'" (HR Ibnu Mardawaih [ada yang menyebutkan Marduyah], an-Nasa'i dan Ibnu Majah)
Semuanya itu dimaksudkan untuk menjaga kemurnian tauhid. Wallahu a'lam
Disusun di Surabaya, Senin, 18 April 2011
Penulis: Abu Abdirrahman Al-Atsari
Penulis: Abu Abdirrahman Al-Atsari
Maraji':
1. Al-Qur'an Al Karim
2. Kitab Ats-Tsalatsatil Ushul, Muhammad bin Abdul Wahab
3. Tafsir Al-Qur'an Al-Adzim (Tafir Ibnu Katsir, tahqiq: Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdirrahman bin Ishaq Alu Syaikh)