Minggu, 17 April 2011

Keutamaan Ilmu

Firman Allah Ta'ala:


وَالْعَصْرِ [١٠٣:١
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ [١٠٣:٢
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ [١٠٣:٣

    Artinya: Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal shaleh, dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran, dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran (Surah Al-'Ashr : 1-3)

    Al'Ashr mempunyai arti masa yang di dalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Imam Malik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam:"Kata al-'Ashr berarti shalat 'Ashar". Dan yang populer adalah pendapat pertama.

    Dengan demikian, Allah Ta'ala telah bersumpah dengan masa tersebut bahwa manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan binasa.







                      إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ 
                           "Kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal shaleh"
    Dengan demikian, Allah memberikan pengecualian dari kerugian itu bagi orang-orang yang beriman dengan hati mereka dan mengerjakan amal shalih melalui anggota tubuhnya.

                              وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
                        "Dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran"
    Yaitu, mewujudkan bentuk ketaatan dan meninggalkan semua yang telah diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

                             وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
                                     "Dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran"
    Yakni bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada orang-orang yang menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.


PENDAPAT PARA IMAM

1. Imam Syafi'i rahimahullahu ta'ala
               "Seandainya Allah hanya menurunkan surat ini saja sebagai hujjah kepada makhlukNya, tanpa                     hujjah lain, sungguh telah cukup surat ini sebagai hujjah bagi mereka"

2. Imam Bukhori rahimahullahu ta'ala
               "Bab: Ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan. Allah ta'ala berfirman:
    
                   فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ
"Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu" (Surah Muhammad: 19). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu (berpengetahuan) ... [1] Sebelum ucapan dan perbuatan.


DEFINISI ILMU

Ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikat sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti.


TINGKATAN ILMU

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan bahwa Ilmu dibagi menjadi enam tingkatan:

1. "Al-Ilmu"
    Mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikat sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti

2. "Adh-Dhan"
    Mengetahui sesuatu disertai dengan prosentase kebenarannya lebih besar

3. "Asy-Syak"
    Mengetahui sesuatu disertai dengan prosentase kebenaran dan kesalahannya sama

4. "Al-Wahm"
    Mengetahui sesuatu disertai dengan prosentase kebenarannya sangat kecil

5. "Al-Jahlul Murokab"
    Mengetahui sesuatu berlawanan dengan hakikat yang sebenarnya

6. "Al-Jahlul Bashith"
    Tidak mempunyai pengetahuan sama sekali


MACAM DAN SIFAT ILMU

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan bahwa ilmu dibagi menjadi dua;

1. Ilmu Dharuri
    Ilmu yang diketahui umum, yang mana cara mengetahuinya tanpa harus melakukan penelitian dan pendalilan. Sebagai contoh: Ilmu bahwa api itu panas.

2. Ilmu Nadhri
    Ilmu yang cara mengetahuinya butuh penelitian dan pendalilan. Sebagai contoh: Bagaimana hukum sholat menggunakan kaos kaki.


Disusun di Surabaya, Ahad, 17 April 2011
Penulis: Abu Abdirrahman Al-Atsari






Maraji':
1. Al-Qur'an Al-Karim
2. Tafsir Al-Qur'an Al-Adzim (Tafsir Ibnu Katsir, taqiq: Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdirrahman bin Ishaq Alu Syaikh)
3. Syarhu Kutaib Ats-Tsalatsatil Ushul (Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Abdul Azin bin Baaz)





Footnote:
1. Al-Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al-'Ilm, bab 10